Lalu Lintas
Anggota Lantas Polsek kediri Kota Tilang 10 Pelanggar Lalin
Kediriselaludihati.com – Polsek Kediri Kota mengadakan Patroli Hunting System, Senin 16 Maret 2020 pukul 10.00 s/d 11.00 WIB. Kegiatan dalam rangka menciptakan Harkamtibmas dan kamseltibcar lantas wilayah kota.
Patroli ini melibatkan Anggota Unit Lantas Polsek Kediri Kota di jln , PK Bangsa ,Jln Imam Bonjol, di jln A. Yani Kota Kediri pada hari dengan kuat personil 4 orang di pimpin Kota 91, dengan hasil sbb :
“Hasilnya kami melakukan tindakan tilang 10 kali terhadap para pelanggar. Mereka melanggar rambu rambu lalu lintas / Apil trafic light lampu merah,” kata Kasubbag Humas Polresta Kediri, AKP Kamsudi.
Adapun Patroli Hunting System dlm rangka Kamseltibcar lantas dilaksanakan dengan tujuan agar masyarakat pemakai jalan tertib , mentaati rambu rambu lalu lintas yang sudah terpasang di jalan dan mencegah kecelakaan lalu lintas serta terciptanya Kamseltibcar lantas. Keselamatan Untuk Kemanusiaan. Selama kegiatan berjalan, tertib, lancar dan aman, kondusif. (res/an).
Lalu Lintas
Mengawal Denyut Kota: Kepemimpinan AKP Yudho di Tengah Dinamika Lalu Lintas Kediri

Kediriselaludihati – Di bawah langit pagi yang mulai terang di kantos Satlantas Polres Kediri Kota, AKP Tutud Yudho Prastyawan, S.H.—akrab disapa Yudho—melangkah memasuki lapangan apel dengan ritme yang mantap. Tak ada kesan berlebihan pada sosoknya. Gaya bicaranya tertata, tenang, namun firm. Namun dari ketenangan itu, jelas tersimpan pengalaman panjang dan lapisan-lapisan pemahaman tentang dunia lalu lintas yang tidak dimiliki banyak perwira.
Yudho bukan nama baru di Kediri. Ia pernah bertugas sebagai Kanit Turjawali dan Kaur Regident di kota ini, jauh sebelum kembali diamanahi jabatan Kasat Lantas Polres Kediri Kota pada 02 Desember 2025. Dalam dokumen resmi riwayat hidupnya, perjalanan kariernya tampak berliku—perpindahan dari Polda Jatim, Kediri, Tulungagung, Trenggalek, Sampang, ,Situbondo, dan Nganjuk—membangun rekam jejak kuat sebagai perwira yang tumbuh dari lapangan.
Kini ia kembali ke kota yang pernah menjadi bagian dari perjalanan awalnya. Namun Yudho datang dengan misi baru: menghadirkan pelayanan lalu lintas yang adaptif, dekat dengan warga, dan responsif terhadap dinamika kota transit yang makin padat.
Kediri Kota Transit: “Setiap Henti Ada Denyut yang Harus Dijaga”
Kota Kediri bukan sekadar kota dagang dan pendidikan; ia juga kota transit strategis. Dari barat datang arus kendaraan Nganjuk, dari selatan mengalir dari Tulungagung, dari timur mengalir dari Blitar. Pada akhir pekan, pergerakan ini berubah menjadi gelombang besar yang menuntut kewaspadaan berlipat.
Yudho mengamati dinamika itu sejak lama. Baginya, pola lalu lintas Kediri ibarat nadi yang selalu berdenyut cepat.
“Kesibukan masyarakat sangat tinggi, khususnya Sabtu–Minggu. Karena itu penyebaran anggota sejak pintu masuk kota harus maksimal,” tutur Yudho.
Di bawah kepemimpinannya, Satlantas mulai menerapkan pola penyebaran personel yang lebih strategis.Setiap gerbang kota dijaga, bukan hanya untuk rekayasa lalu lintas, tetapi juga deteksi dini potensi kemacetan.Patroli dan patroli pengawalan (patwal) diaktifkan sesuai jam keramaian. Unit Kamsel diperkuat, bukan dengan pendekatan formal semata, tetapi hadir melalui radio talk, dialog warga, hingga menyapa masyarakat di warung kopi.
Pendekatan itu menunjukkan bahwa Yudho tidak melihat lalu lintas hanya sebagai soal jalan dan kendaraan—tetapi juga interaksi manusia, ritme sosial, dan cara menciptakan rasa aman.
Nomor Telepon Kasat Lantas Dibuka: “Masyarakat Harus Bisa Mengakses Kami Tanpa Batas”
Di tengah budaya birokrasi yang sering dianggap kaku, langkah Yudho membuka nomor telepon pribadinya kepada masyarakat menjadi sinyal perubahan.
“Kalau ada kesulitan terkait lalu lintas, SIM, STNK, laka lantas, atau balap liar, warga bisa langsung menghubungi saya,” tegasnya.
Memberikan akses langsung seperti itu bukan hanya soal transparansi, tetapi juga membangun kepercayaan publik. Banyak persoalan lalu lintas yang sifatnya mendesak, dan respons cepat menjadi kunci.
Bagi Yudho, pemimpin yang jauh dari masyarakat hanya akan menciptakan sekat ketidakpercayaan. Ia ingin sebaliknya: kehadiran polisi harus terasa, bahkan sebelum warga datang ke kantor polisi.
Merawat Komunikasi Internal: “Para Kanit Adalah Panglima, Saya Hanya Penjalin Irama”
Selain memperbaiki akses pelayanan publik, Yudho menaruh perhatian besar pada kualitas komunikasi internal. Ia menyebut para Kanit—Turjawali, Kamsel, Gakkum—sebagai “panglima-panglima” di lapangan. Mereka bukan hanya pelaksana tugas, tetapi pemimpin kecil dengan ruang inovasi yang harus dihargai.
“Silakan para Kanit berkreasi. Kedewasaan dan keluasan dalam bertugas sangat penting. Kalau ada masalah yang tidak dapat diselesaikan, baru naik ke saya,” ujarnya.
Langkah Yudho bukan sekadar pembagian kewenangan; ia tengah membangun budaya profesional—sebuah organisasi yang berjalan tidak karena tekanan atasan, tetapi kesadaran peran.
Pada apel pertamanya, Yudho menyampaikan pesan yang jarang terdengar dari seorang Kasat Lantas:
“Saya akan mengajak anggota belajar bagaimana bertugas dengan dewasa. Laksanakan tugas pokok sebaik mungkin tanpa saya tekan.”
Ia juga memperkenalkan reward and punishment bulanan, bukan untuk menakut-nakuti, melainkan untuk menjaga ritme kinerja tetap sehat dan objektif.
Masalah Malam Hari: Knalpot Brong dan Balap Liar
Jika siang di Kediri padat oleh aktivitas kota, maka malam hari menyimpan tantangan berbeda. Dua gangguan utama terus muncul dari laporan masyarakat. 1.Knalpot brong, yang mengejutkan dan mengganggu ketenangan warga. 2.Balap liar, yang tak hanya melanggar aturan, tetapi mengancam keselamatan. Yudho merespons keluhan itu secara langsung.
“Penegakan hukum harus tetap ada. ETLE dan himbauan tidak cukup kalau tidak dibarengi penindakan,” jelasnya.
Setiap malam Minggu, ia membentuk tim khusus (timsus) yang berpatroli dari sore hingga pagi. Sistem shift tiga jam diberlakukan: sebagian patroli, sebagian istirahat, bergantian hingga situasi aman.
Pendekatan ini mencerminkan gaya kepemimpinan yang memadukan strategi operasi dengan stamina personel—bukan sekadar menambah jumlah razia.
Jejak Panjang Karier: “Saya Tumbuh dari Lalu Lintas”
Dalam dokumen resmi Polri, riwayat jabatan Yudho menunjukkan kedalaman pengalaman: dari Kanit hingga Kasat Lantas di berbagai kota. Baginya, setiap mutasi bukan sekadar perpindahan tempat, tetapi proses menempa cara pandangnya terhadap pelayanan publik.
Ia pernah memimpin Satuan Lantas di Sampang, Situbondo, dan Nganjuk—tiga wilayah dengan karakter lalu lintas yang sangat berbeda. Pengalaman itu membuatnya memahami bahwa tugas lalu lintas bukan hanya mengatur, tetapi membaca pola hidup masyarakat.
Kini, kembali ke Kediri, ia merasa mendapat kesempatan “menyambung babak yang belum tuntas”.
Harapan Yudho: Mewujudkan Lalu Lintas Aman, Manusiawi, dan Mendidik
Ketika ditanya apa harapan yang ingin ia capai sebagai Kasat Lantas, jawabannya tegas namun sederhana:
“Keselamatan dan keamanan masyarakat Kota Kediri. Itu prioritas.”
Namun dalam kalimat itu tersimpan visi yang lebih luas.Lalu lintas yang tidak hanya lancar, tetapi mendidik. Penegakan hukum yang tidak represif, tetapi tegas dan adil. Polisi yang tidak hanya hadir ketika terjadi masalah, tetapi menjadi mitra warga dalam pencegahan. Yudho ingin membangun pola lalu lintas yang berkarakter: tertib karena kesadaran, bukan ketakutan.
Kota yang Bergerak Membutuhkan Pemimpin yang Bergerak Bersama
Di tengah perubahan sosial dan pertumbuhan kota yang semakin cepat, Kediri membutuhkan pemimpin yang tidak hanya memahami tata aturan, tetapi juga memahami denyut warganya.
Yudho datang dengan pengalaman panjang, pendekatan humanis, dan keberanian membuka ruang komunikasi. Ia menempatkan dirinya bukan sebagai penguasa jalan, tetapi penjaga irama kota. Dan di tengah lalu lintas Kota Kediri yang tak pernah benar-benar berhenti, kehadirannya menjadi tanda bahwa perubahan yang pelan namun pasti sedang bergerak. (res/aro)
Lalu Lintas
Rekayasa Lalu Lintas dan Pembatasan Kendaraan Luar Kota Mulai Dimatangkan
Kediriselaludihati – Satuan Lalu Lintas Polres Kediri Kota menghadiri rapat koordinasi Forum Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) dalam rangka mengantisipasi peningkatan pergerakan masyarakat pada masa angkutan Natal 2025 dan Tahun Baru 2026. Rapat digelar di Ruang Rapat GRS Dinas Perhubungan Kabupaten Kediri, Rabu (3/12/2025) pukul 10.00–12.30 WIB.
Pertemuan tersebut dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan sektor transportasi dan keselamatan jalan, di antaranya Dinas Perhubungan Kabupaten dan Kota Kediri, Jasa Raharja Kediri, Kejaksaan Negeri Kabupaten Kediri, Otoritas Bandar Udara Wilayah III, Balai Teknik Perkeretaapian Kelas I Surabaya, BPBD, Dinas PUPR, Satpol PP, hingga UPT Pengelolaan Jalan dan Jembatan Kediri. Kanit Kamsel Satlantas Polres Kediri Kota bersama anggota menjadi perwakilan dari Polres Kediri Kota.
Dalam forum tersebut dibahas sejumlah langkah strategis menghadapi potensi lonjakan mobilitas masyarakat selama libur Nataru. Sejumlah agenda besar masyarakat pada malam pergantian tahun diperkirakan memicu kepadatan di pusat Kota Kediri dan titik-titik wisata di wilayah Kabupaten Kediri.
Forum LLAJ menyepakati bahwa rekayasa lalu lintas akan disiapkan pada malam pergantian tahun untuk mengurai potensi kemacetan di ruas-ruas utama. Selain itu, warga dari luar daerah diimbau tidak melintasi kawasan inti Kota Kediri guna mencegah penumpukan kendaraan dan menjaga kelancaran arus lalu lintas.
Kasat Lantas Polres Kediri Kota AKP Tutud Yudho Prastyawan menyampaikan bahwa koordinasi lintas sektor menjadi kunci menghadapi periode Nataru yang selalu ditandai peningkatan mobilitas masyarakat. Ia menegaskan pentingnya kolaborasi agar pengamanan, pelayanan, dan pengaturan lalu lintas berjalan optimal.
Rapat koordinasi berjalan tertib dan lancar hingga selesai. Polres Kediri Kota menegaskan bahwa hasil perumusan teknis pengamanan Nataru akan disampaikan lebih lanjut sebagai bagian dari persiapan pengamanan tahunan. (res/aro)
Lalu Lintas
Kasat Lantas Muda yang Menyatukan Budaya, Teknologi, dan Humanisme di Lalu Lintas
Kediriselalidihati – Di balik berbagai operasi kepolisian, deru sirene patroli, hingga tilang elektronik yang senyap namun tegas, ada sosok perwira muda yang selama lebih dari satu tahun terakhir menjadi wajah lalu lintas di Kota Kediri: AKP Afandy Dwi Takdir, S.T.K., S.I.K. Sejak 30 Agustus 2024 hingga 2 Desember 2025, ia memimpin Satuan Lalu Lintas Polres Kediri Kota dengan pendekatan yang memadukan disiplin, teknologi, dan sentuhan humanis.
Dan kini ia melanjutkan pengabdiannya menjadi Paur Samsat Surabaya Utara Polda Jatim.
Afandy datang ke Kediri membawa jejak panjang dari Bumi Arung Palakka, Bone, Sulawesi Selatan, tempat ia lahir pada 28 Desember 1991. Ia tumbuh dalam keluarga pedagang yang menjunjung tinggi kehormatan dan kerja keras. Ayahnya, Haji Takdir, dan ibunya, Hajah Harjunah, menanamkan nilai bahwa hidup bukan sekadar mencari nafkah, melainkan juga menjaga marwah keluarga dan bermanfaat bagi banyak orang. Sejak kecil, ia akrab dengan dunia perdagangan, karena di keluarganya pedagang bukan sekadar profesi, melainkan warisan.
Menariknya, cita-cita awal Afandy bukan menjadi polisi. Ia justru membayangkan dirinya sebagai pedagang sukses seperti orang tuanya, atau bahkan dokter, melanjutkan mimpi sang ibu yang dulu tak kesampaian. “Pedagang itu turun-temurun. Dalam keluarga kami, pedagang itu bukan pekerjaan, tapi tradisi. Karena itu saya mencari profesi yang berbeda dan lebih pasti, salah satunya menjadi polisi. Polisi bisa berdagang, tapi pedagang belum tentu bisa menjadi polisi,” ujarnya suatu ketika, sembari tersenyum menyebut bahwa takdir justru mempertemukannya dengan istri yang berprofesi sebagai dokter, Harli Pramitasari Nasution.
Di balik pilihan seragam cokelat itu, ada filosofi Bugis–Bone yang kuat. Sejak kecil, Afandy dibesarkan dengan semboyan Mali’ siparappe, tallang sipahua: jika dihanyutkan air, harus diupayakan sampai ke tepian; jika tenggelam, harus diangkat dan diselamatkan. Falsafah ini mengajarinya untuk tidak membiarkan siapapun “tenggelam” sendirian, entah di tengah kesulitan hidup ataupun di jalan raya yang penuh risiko. Ia juga memegang erat nilai sipakatau, sipakalebbi, sipakainge — saling memanusiakan, saling memuliakan, dan saling mengingatkan. Nilai-nilai inilah yang kemudian mewarnai gaya kepemimpinannya sebagai Kasat Lantas: tegas menindak, tetapi tetap menghormati dan mengedukasi.
Jalan Afandy menuju Akademi Kepolisian tidak mulus. Setelah menempuh pendidikan di SD Negeri Lalowosula, SMP Negeri 1 Lappariaja, dan SMA Negeri 1 Ulaweng, ia berulang kali gagal dalam seleksi penerimaan Akpol dan Bintara. Ia mendaftar Akpol tahun 2009, gagal di pantukhir daerah. Tahun 2010 ikut seleksi Akpol dan Bintara, kembali belum berhasil. Tahun 2011 ia mencoba lagi; kali ini, pintu Akpol terbuka. Ia tercatat sebagai alumni pertama SMAN 1 Ulaweng yang berhasil masuk Akpol — sebuah tonggak penting yang mengubah arah hidupnya.
Lulus Akpol, pangkat Inspektur Polisi Dua ia sandang pada 2015. Afandy terus mengasah kapasitasnya dengan melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) pada 2020. Berbagai penugasan di Brimob, satuan operasi, hingga jabatan fungsional menjadi ruang tempanya. Medan tugas yang keras mengajarkan satu hal: perintah yang paling didengar anggota adalah contoh di lapangan, bukan sekadar instruksi dari balik meja.
Penugasan-penugasannya tak hanya berputar pada lapangan, tetapi juga pada ranah strategi. Pengalaman sebagai perwira di berbagai lini, termasuk tugas intelijen dan peran strategis lain, membentuknya sebagai figur yang terbiasa berpikir sistemik, melihat keamanan bukan hanya dari hilir, tetapi juga dari hulu: budaya, kebijakan, dan perilaku masyarakat.
Ketika dipercaya menjadi Kasat Lantas Polres Kediri Kota pada Agustus 2024, Afandy datang membawa satu gagasan utama: lalu lintas bukan sekadar urusan tilang dan kemacetan, melainkan ekosistem keselamatan manusia. Di bawah kepemimpinannya, Satlantas Polres Kediri Kota menjalankan program unggulan “Polantas Menyapa Kediri Tertib Berlalu Lintas”, sebuah payung besar yang memadukan edukasi, penegakan hukum berbasis teknologi, dan pendekatan humanis.
Di sekolah-sekolah, Afandy dan anggotanya hadir lewat program Police Goes to School, Duta Lalu Lintas, dan Polisi Sahabat Anak. Pelajar diajak memahami bahwa helm bukan aksesori, bahwa larangan berkendara di bawah umur bukan sekadar aturan kaku, melainkan perlindungan bagi mereka sendiri. “Kami ingin keberhasilan itu hadir ketika masyarakat patuh bukan karena diawasi, tetapi karena peduli pada keselamatan bersama,” demikian garis besar pandangannya.
Di sisi lain, penegakan hukum ia dorong lebih modern dan transparan. ETLE statis dan mobile dimanfaatkan secara optimal, dipadukan dengan layanan publik yang diperkuat seperti SIM online, Samsat Keliling, Samsat Drive Thru, Samsat Payment Point, Samsat Corner, hingga layanan di mal pelayanan publik. Baginya, pelayanan yang cepat, jelas, dan manusiawi adalah pintu masuk kepercayaan publik. “Masyarakat berhak mendapat layanan yang modern dan akuntabel. Polisi lalu lintas bukan hanya hadir ketika menindak, tetapi juga ketika melayani dan membantu,” begitu ia sering menekankan kepada anggotanya.
Pemanfaatan teknologi tidak berhenti di ETLE. Melalui Road Traffic Management Center (RTMC), Satlantas Polres Kediri Kota aktif mendukung terwujudnya konsep kota cerdas dan kota aman (smart city dan safe city). Jaringan CCTV di titik-titik strategis digunakan untuk memantau arus lalu lintas secara real time, mengurai kemacetan, dan merespons cepat insiden di jalan. Bagi Afandy, layar-layar RTMC bukan sekadar medium kontrol, tetapi jendela untuk membaca denyut kota.
Sinergi lintas sektor juga menjadi ciri kepemimpinannya. Bersama Dinas Perhubungan, Jasa Raharja, dan komunitas otomotif, Afandy mendorong penataan lalu lintas, penanganan korban kecelakaan, hingga kampanye keselamatan berkendara di berbagai ruang publik. Ia meyakini keselamatan jalan adalah tanggung jawab bersama; Satlantas hanya salah satu aktornya. “Budaya tertib berlalu lintas harus lahir dari kesadaran bersama, bukan semata-mata dari penegakan hukum,” begitu prinsip yang ia pegang.
Tantangan besar datang ketika Kota Kediri menghadapi situasi pasca kerusuhan 30 Agustus 2025. Tekanan tugas meningkat, situasi psikologis masyarakat dan anggota di lapangan ikut terpengaruh. Di tengah situasi itu, Afandy memilih lebih banyak berdiri di garis depan. Ia mendampingi anggota di lapangan, mengatur pengamanan, dan menjaga ritme pengendalian lalu lintas di titik-titik rawan. “Tantangan terberat adalah menjaga semangat anggota di tengah tekanan tugas yang tinggi. Bagi saya, kepemimpinan bukan hanya memberi perintah, tetapi ikut merasakan apa yang dirasakan anggota,” refleksinya.
Di internal, ia mengelola soliditas Satlantas dengan pola kepemimpinan yang dekat, terbuka, dan menumbuhkan rasa dipercaya. Ia mendorong anggotanya melihat setiap tugas bukan sekadar kewajiban struktural, tetapi bentuk pengabdian. Ketika anggota merasa didengar, dihargai, dan didukung, mereka cenderung bekerja dengan hati dan menjaga integritas. Di sisi lain, pelanggaran disiplin tetap ditindak, sebagai pesan bahwa profesionalisme dan kejujuran adalah garis merah yang tidak bisa ditawar.
Selama menjabat, Afandy juga tak menutup mata terhadap fungsi sosial Satlantas. Kegiatan sosial, bakti sosial, donor darah, santunan korban kecelakaan, hingga kampanye keselamatan jalan ia rangkai sebagai bagian dari strategi pembinaan masyarakat. Dalam banyak kesempatan, ia mengingatkan bahwa polisi lalu lintas bukan hanya hadir saat ada pelanggaran, tetapi juga ketika masyarakat membutuhkan uluran tangan.
Puncak ujian kepemimpinannya sebagai Kasat Lantas terlihat jelas dalam pelaksanaan Operasi Zebra Semeru 2025, yang digelar pada 17–30 November 2025. Di bawah komandonya, Operasi Zebra di Kota Kediri bukan hanya menjadi agenda rutin, tetapi dirancang sebagai gerakan besar penyelamatan pengguna jalan. Selama 14 hari, puluhan ribu pelanggaran berhasil ditindak melalui kombinasi ETLE statis, ETLE mobile, teguran, dan tilang manual. Data analisa menunjukkan bahwa pelanggaran tidak memakai helm berstandar SNI, pengendara di bawah umur, pengemudi mobil yang tidak menggunakan sabuk keselamatan, melawan arus, serta pelanggaran lain-lain yang bersifat administratif dan teknis mendominasi catatan pelanggaran.
Afandy berulang kali menegaskan bahwa fokus penindakan diarahkan pada pelanggaran yang berpotensi menimbulkan kecelakaan fatal. Penertiban balap liar, misalnya, menjadi salah satu prioritas. Dalam satu rangkaian kegiatan, puluhan remaja yang terlibat balap liar diamankan, puluhan sepeda motor disita, dan orang tua mereka dipanggil untuk mengikuti pembinaan bersama. “Kami tidak ingin ada korban jiwa karena balap liar. Anak-anak yang terlibat kami bina, kami edukasi bersama orang tuanya. Penindakan harus diiringi pembinaan, agar mereka benar-benar jera dan berubah,” tegasnya.
Di sisi lain, kegiatan preemtif dan preventif selama Operasi Zebra juga diperkuat. Himbauan dan pembagian brosur di simpang-simpang utama, edukasi di sekolah, pemasangan banner di titik strategis, hingga kegiatan Police Goes to School dan Polsanak digelar hampir setiap hari. Satlantas berupaya hadir bukan hanya sebagai penindak, tetapi juga sebagai sahabat masyarakat yang mengingatkan.
Rekap kecelakaan selama periode Operasi Zebra menunjukkan penurunan angka korban meninggal dibanding 14 hari sebelumnya. Meski kecelakaan masih tercatat, tren tersebut menjadi indikator bahwa kombinasi edukasi, pengawasan, dan penegakan hukum memberi dampak nyata. “Operasi Zebra Semeru kami jalankan sebagai langkah menyelamatkan masyarakat. Tujuan akhirnya adalah keselamatan, bukan sekadar angka penindakan,” ujar Afandy dalam evaluasi operasi.
Di balik semua itu, ada narasi panjang tentang identitas budaya yang ia bawa. Sebagai putra Bone, ia tumbuh dalam tradisi yang menjunjung keberanian, kehormatan, dan solidaritas. Ia mengenal kisah La Galigo sebagai epos panjang yang memuat nilai kesetiaan, keberanian, dan hubungan manusia dengan alam dan Yang Ilahi. Ia juga paham betul figur Karaeng Galesong, bangsawan Gowa yang pada abad ke-17 meninggalkan kampung halaman dan ikut berjuang bersama Trunojoyo di tanah Jawa — termasuk di Kediri, dengan pusat kekuasaan yang kala itu berada di kawasan Setono Gedong, tak jauh dari lokasi Mako Satlantas Polres Kediri Kota sekarang.
Bagi Afandy, kisah Karaeng Galesong bukan sekadar catatan sejarah, tetapi semacam cermin takdir. “Karaeng Galesong berasal dari keturunan bangsawan Gowa dan namanya diabadikan sebagai simbol keberanian melawan penjajahan, salah satunya di Kediri. Mungkin ini sudah takdir yang membawa saya ke sini, melanjutkan jejak leluhur kami dalam bentuk pengabdian yang berbeda,” ujarnya suatu ketika.
Dari Bone ke Kediri, dari cita-cita sebagai pedagang menjadi perwira polisi, dari kegagalan seleksi berulang hingga memimpin operasi lalu lintas dalam skala kota, garis hidup Afandy Dwi Takdir memperlihatkan bahwa ketekunan dan nilai-nilai yang dipegang teguh dapat mengubah kegagalan menjadi pijakan. Di penghujung masa tugasnya sebagai Kasat Lantas Polres Kediri Kota, 2 Desember 2025, ia meninggalkan jejak berupa program-program yang masih bisa dilanjutkan, budaya kerja yang menekankan humanisme dan teknologi, serta pesan sederhana yang terus ia ulang: keselamatan di jalan adalah tanggung jawab bersama.
Ia kerap menitipkan pesan kepada warga Kediri: patuhi aturan bukan karena takut petugas, melainkan karena sayang pada diri sendiri dan orang lain. Di tengah hiruk-pikuk kendaraan, peluit, dan sorot kamera CCTV, Afandy ingin Kota Kediri dikenang sebagai kota yang tak hanya tumbuh secara fisik, tetapi juga dewasa dalam budaya tertib berlalu lintas — kota yang benar-benar Sekartaji: selaras, berkaromah, tangguh, dan terpuji. (res/aro)
-
Peristiwa5 years agoNing Sheila Hasina Binti KH Zamzami Lirboyo Juara 1 MHQ 30 Juz , MTQ XIV Kapolda Jatim Cup
-
Kriminal6 years agoJangan Coba Coba Balap Liar di Kota Kediri, Dihukum Dorong Motor Dua Kilometer
-
Peristiwa6 years agoPonpes Tarbiyatul Qur’an Al Falah Ploso Kediri Gelar Haflah dan Wisuda Khatmil Qur’an
-
Uncategorized5 years ago6 Pelatihan Sertifikasi Gada Pratama di Mako Brimob Kediri Terima Anumerta Peserta Terbaik
-
Peristiwa5 years agoPengunjung Pasar Bolawen Kabupaten Kediri Diimbau Jaga Jarak dan Cuci Tangan
-
Peristiwa6 years agoRibuan Umat Muslim Ikuti Pengajian Rutin Malam Rabu Gus Lik Kediri
-
Inspirasi6 years agoMengenal Sosok Kasatreskrim AKP I Gusti Agung Ananta
-
Peristiwa3 years agoInilah Kegiatan Malam Tirakatan Jumat Legi di Gereja Puhsarang
