Connect with us

Inspirasi

Dari Ajudan Menteri Hingga Menjadi Kasatlantas Polres Kediri Kota

Published

on

Afandy Dwi Takdir adalah sosok perwira polisi muda yang inspiratif, lahir di Bone, Sulawesi Selatan, pada 28 Desember 1991. Afandy tumbuh dalam lingkungan yang menjunjung tinggi nilai-nilai kehormatan, keberanian dan semangat, yang menjadi dasar kuat dalam kariernya di Kepolisian Republik Indonesia.

Afandy awalnya tidak bercita – cita menjadi polisi, tapi menjadi pedagang sukses seperti orang tuannya yakni Haji Takdir dan ibunya Hajah Harjunah. Warisan jiwa pedagang ini lahir dari dari darah kakeknya Haji Salam, tentara di era kemerdekaan yang juga seorang pedangang dan pejuang.

Lalu mengapa Afandy Dwi Takdir anak kedua dari lima bersaudara ini menjadi polisi dan saat ini apa yang tidak pernah ia bayangkan itu di tahun 2024 membawannya menjadi Kasat Lantas Polres Kediri Kota ?

“Pedagang itu adalah yang turun temurun, dalam keluarga kami pedagang itu bukan pekerjaan. Maka harus mencari pekerjaan yang pasti contoh menjadi polisi. Polisi bisa berdagang tapi pedagang belum tentu bisa menjadi polisi. Saya juga sempat ingin menjadi dokter , karena ibu saya dulu bercita-cita menjadi dokter tapi tidak kesampaian. Eh saya malah mendapat istri dokter,” kata suami dokter Harli Pramitasari Nasution.

Prinsip Hidup dan Keteguhan

Lahir di Bumi Arung Palakka julukan untuk Kota Bone, Afandy Dwi Takdir telah digembleng  banyak hal sedari kecil  . Haji Takdir dan Hajah Harjunah orang tuanya yang memegang semboyan seperti kebanyakan orang Bone, yakni Mali’ siparappe, tallang sipahua yang artinya jika dihanyutkan oleh air, maka akan diselamatkan atau dibantu untuk mencapai tepian , jika tenggelam, maka akan diangkat atau diselamatkan. Menjadikannya seperti sekarang menjadi Pasukan Bhayangkara militan.

Moto ini mencerminkan semangat gotong royong dan solidaritas yang sangat kuat dalam masyarakat Bone. Dalam kehidupan masyarakat Bone, filosofi ini mengajarkan bahwa dalam situasi apapun, terutama dalam kesulitan, masyarakat Bone harus selalu siap membantu dan menyelamatkan sesama yang sedang menghadapi kesulitan. Nilai ini menunjukkan semangat persatuan, kebersamaan, dan rasa tanggung jawab sosial yang tinggi.

Hal ini pula yang membawa Haji Takdir menjadi pedagang sukses yang pantang menyerah sejak ia menikah  1989 hingga saat ini. Jatuh bangun dalam proses tersebut menggembleng pula sifat dan keteguhan Afandy dan keempat saudaranya yang lain.

Selain itu, semangat orang Bone juga erat kaitannya dengan nilai sipakatau, sipakalebbi, sipakainge, yang merupakan falsafah Bugis-Makassar untuk menghormati, menghargai, dan saling mengingatkan satu sama lain. Nilai-nilai ini menjadi dasar perilaku sehari-hari dan hubungan sosial masyarakat Bone.

Semangat perjuangan masyarakat Bone juga terinspirasi dari para raja dan pahlawan Bone yang terkenal, seperti Arung Palakka, yang dikenal sebagai tokoh penting dalam sejarah Sulawesi Selatan. Keberanian, keteguhan hati, dan ketangguhan dalam menghadapi berbagai tantangan menjadikan semangat Bone sebagai warisan yang dihormati dan dijaga turun-temurun.

Perjalanan Pendidikan dan Karier

Perjalanan Afandy dalam dunia pendidikan dimulai dari sekolah dasar di SD Negeri Lalowosula, yang kemudian dilanjutkan di SMP Negeri 1 Lappariaja. Ia melanjutkan pendidikan menengah di SMA Negeri 1 Ulaweng, yang menjadi fondasi akademis dan karakter untuk karier gemilangnya di kepolisian. Afandy  adalah Alumni SMAN 1 Ulaweng yang juga alumni kali pertama yang masuk AKPOL. Hal ini terbukti pada tahun 2015, ia berhasil masuk Akademi Kepolisian (Akpol), salah satu pencapaian besar dalam hidupnya.

“Alhamdulillah saya adalah alumni SMAN 1 Ulaweng yang kali pertama masuk dan lolos AKPOL. Untuk lolos di AKPOL pun penuh perjuangan yang berat. Saya daftar  Akpol 2009,  gagal pantukhir daerah, daftar Bintara 2010, gagal di perankingan. Terus daftar AKPOL  2010, gagal di parade pantukhir. Tidak putus asa saya daftar lagi  Bintara 2011, tapi tidak melanjutkan tes. Dan yang terakhir daftar AKPOL  2011 akhirnya terpilih dan lolos,” kata bapak dua anak ini.

Afandy tak pernah berhenti mengembangkan diri. Ia melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) pada tahun 2020, membekali dirinya dengan ilmu dan strategi kepolisian yang lebih mendalam. Berkat disiplin dan ketekunannya, Afandy mendapatkan pangkat Inspektur Polisi Dua (IPDA) pada tahun 2015, yang menjadi awal kariernya sebagai perwira polisi.

Dedikasi dalam Setiap Penugasan

Afandy tidak hanya dikenal sebagai perwira yang cerdas, tetapi juga sebagai sosok yang tangguh dalam menghadapi berbagai penugasan. Selama bertugas di berbagai unit kepolisian, ia menunjukkan ketangguhan dan kemampuan kepemimpinan yang luar biasa. Mulai dari Brimob, Danki Kompi, hingga PAURPROGAR URREN MEN II, Afandy selalu menunjukkan integritas tinggi dan keberanian dalam menjalankan tugas-tugas berat.

Salah satu pencapaian terbesarnya adalah ketika ia diamanahkan menjadi Kasatlantas Polres Kediri Kota pada Agustus 2024. Posisi ini bukan hanya tentang memimpin pengelolaan lalu lintas, tetapi juga berperan dalam memastikan keamanan masyarakat melalui operasi-operasi strategis. Afandy membawa pendekatan humanis dalam menjalankan tugasnya, yang menjadi inspirasi bagi anak-anak muda yang bercita-cita menjadi bagian dari penegak hukum.

Penghargaan dan Tanda Kehormatan

Karier gemilang Afandy diwarnai dengan berbagai penghargaan yang membuktikan betapa besarnya pengabdian yang ia berikan. Pada tahun 2019, ia dianugerahi Satyalancana Operasi Kepolisian, sebuah tanda kehormatan atas dedikasinya dalam berbagai operasi kepolisian yang ia jalani sebelumnya. Penghargaan ini tidak hanya menjadi simbol pencapaian pribadi, tetapi juga pengakuan dari negara atas kontribusinya dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat.

Perjalanan Karier dan Kontribusi:

Sebagai seorang anggota intelijen dan kepolisian, perjalanan Afandy Dwi Takdir tidak hanya berfokus pada penegakan hukum, tetapi juga pada pengembangan kebijakan dan strategi yang mendukung keamanan nasional. Dalam penugasannya sebagai Agen Intelijen Ahli Madya di BIN, Afandy berperan penting dalam merumuskan dan mengimplementasikan strategi intelijen di bidang pertanian, pertanahan, dan kelautan. Penugasannya mencakup analisis mendalam dan penilaian situasi yang berdampak pada kebijakan ekonomi dan keamanan negara.

Di lapangan, Afandy dikenal sebagai sosok yang mampu beradaptasi dengan cepat dalam berbagai situasi dan tantangan. Pengalamannya sebagai ajudan Menteri Pertanian RI menunjukkan kepercayaannya dalam mengelola dan memberikan dukungan strategis di tingkat pemerintahan. Kemampuannya untuk bekerja di lingkungan yang dinamis dan sering kali penuh tekanan adalah cerminan dari dedikasinya dan kemampuannya dalam menjaga stabilitas dan keamanan.

Kontribusi Afandy dalam berbagai pelatihan dan pendidikan, seperti di BRIMOB dan STIK Lemdiklat Polri, memperkuat kemampuannya dalam kepemimpinan dan manajemen operasional. Keterampilannya dalam bahasa Inggris dan Bugis juga memudahkan komunikasi dengan berbagai pihak, baik domestik maupun internasional, dan memperluas jaringan kerjanya.

Kepemimpinan yang Menginspirasi

Afandy adalah sosok yang sangat inspiratif, terutama bagi generasi muda. Sebagai seorang Bugis, ia menjunjung tinggi nilai-nilai budaya yang mengutamakan keberanian, kehormatan, dan kerja keras. Afandy selalu berusaha memberikan yang terbaik dalam setiap tugas yang diembannya, tidak pernah setengah hati, dan selalu siap menghadapi tantangan apa pun yang ada di hadapannya.

Kisah hidup Afandy mengajarkan bahwa dengan tekad dan disiplin, seseorang bisa meraih impian dan memberikan dampak besar bagi masyarakat luas. Afandy bukan hanya seorang polisi, tetapi juga seorang pemimpin yang mampu membawa perubahan positif di lingkungannya. Melalui kisahnya, ia menginspirasi banyak anak muda untuk tidak takut bermimpi besar dan terus berjuang, apa pun tantangan yang dihadapi.

Masa Depan dan Harapan:

Dengan rekam jejak yang mengesankan dan berbagai pencapaian yang telah diraih, masa depan Afandy Dwi Takdir dalam dunia kepolisian dan intelijen tampak sangat cerah. Dedikasinya terhadap tugas dan tanggung jawab, serta kemampuannya untuk berinovasi dan beradaptasi, menjadikannya salah satu aset berharga bagi institusi kepolisian dan BIN.

Kehadirannya dalam posisi-posisi strategis, baik di tingkat lokal maupun nasional, memberikan harapan besar akan kontribusinya terhadap pengembangan kebijakan dan strategi yang mendukung keamanan dan kesejahteraan negara. Melalui komitmennya yang kuat, Afandy terus membuktikan bahwa dedikasi dan keahlian adalah kunci untuk mencapai keberhasilan dan membuat perbedaan dalam pelayanan publik.

Pesan Inspiratif

Afandy sering memberikan pesan kepada rekan-rekan dan generasi muda untuk tidak pernah berhenti belajar dan berkembang. Baginya, pendidikan bukan hanya di bangku sekolah, tetapi juga dari pengalaman hidup dan tantangan yang dihadapi setiap hari. Ia percaya bahwa dengan pendidikan dan integritas, seseorang bisa menghadapi segala rintangan dan mencapai kesuksesan.

“Jangan pernah ragu untuk berbuat baik dan mengabdi untuk negara. Setiap langkah kecil yang kita ambil hari ini bisa menjadi jejak yang akan diingat oleh generasi mendatang,” kata Afandy.

Afandy Dwi Takdir adalah contoh nyata bahwa dengan kerja keras, dedikasi, dan ketulusan, siapa pun bisa menjadi pemimpin yang menginspirasi dan memberikan dampak besar bagi masyarakat.

Sejarah Nenek Moyangnya

La Galigo adalah sebuah karya epik dari budaya Bugis, Sulawesi Selatan, yang dianggap sebagai salah satu epos terpanjang di dunia, bahkan lebih panjang dari “Mahabharata” dan “Iliad.” Kisah ini ditulis dalam bentuk puisi, terdiri dari sekitar 6.000 halaman dan 300.000 baris, serta menceritakan tentang mitos penciptaan dan kehidupan awal di Bumi.

Kisah La Galigo bukan hanya sekedar mitos, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai sosial dan spiritual masyarakat Bugis, seperti keberanian, kehormatan, kesetiaan, serta hubungan erat antara manusia dengan alam dan dunia gaib. Epos ini juga mengandung banyak ajaran moral yang masih relevan bagi kehidupan masyarakat Bugis hingga saat ini.

Walaupun sebagian besar cerita La Galigo lebih dikenal secara lisan, teksnya kini telah dijaga dan dipelajari sebagai salah satu warisan budaya dunia. UNESCO mengakui naskah ini sebagai salah satu warisan dokumenter dunia pada 2011, menggarisbawahi pentingnya La Galigo dalam memperkaya khazanah sastra dan sejarah dunia.

Sebelum kehadiran Afandy Dwi Takdir di Kediri , 347 tahun sebelumnya Karaeng Galesong  seorang tokoh legendaris dari Sulawesi Selatan telah hadir di Kota Kediri. Ia merupakan salah satu pemimpin dalam perlawanan rakyat Sulawesi Selatan terhadap penjajah Belanda pada abad ke-17.

Karaeng Galesong dikenal sebagai pejuang tangguh yang terus berjuang mempertahankan kedaulatan bangsanya meski harus meninggalkan tanah kelahirannya setelah kekalahan kerajaan Makassar dalam Perjanjian Bongaya tahun 1667.

Setelah kekalahan Makassar dalam perang melawan Belanda, Karaeng Galesong bersama Sultan Hasanuddin dan para bangsawan lainnya menolak tunduk pada Belanda. Ia meninggalkan Sulawesi dan bergabung dengan para pelaut Bugis dan Makassar yang beroperasi sebagai pelaut dan perompak di Laut Jawa.

Karaeng Galesong dikenal memiliki perlawanan yang gigih, bahkan bergabung dengan pasukan Trunojoyo, pemimpin pemberontakan di Jawa melawan kekuasaan Mataram dan Belanda. Pusat kekuasaan Trunojoyo dan Karaeng Galesong itu ada di Kompleks Masjid Setono Gedong  Jalan Dhoho Kota Kediri atau tepatnya di belakang Mako Satlantas Polres Kediri  Kota . Berkuasanya Trunojoyo dan Karaeng Galesong di Kediri yang memiliki benteng seluas 8,5 kilometer setelah sebelumnya mampu mengalahkan Amangkurat I yang berpihak kepada VOC.

“ Karaeng Galesong berasal dari keturunan bangsawan Gowa, salah satu kerajaan besar di Sulawesi Selatan. Namanya diabadikan sebagai simbol keberanian dan perlawanan melawan penjajahan, khususnya dalam sejarah perjuangan melawan kekuasaan kolonial di wilayah timur Indonesia tepatnya di Kediri. Mungkin ini sudah takdir yang membawa saya kesini (Kediri) seperti yang dilakukan leluhur kami,” kata Afandy Dwi Takdir

Selain keterlibatannya dalam perlawanan, kisah Karaeng Galesong juga menyiratkan hubungan erat antara masyarakat Sulawesi dan Jawa pada masa itu, di mana banyak pejuang Sulawesi turut ambil bagian dalam perjuangan di Jawa.

( Penulis : Imam Mubarok)

Continue Reading

Inspirasi

Setahun Jalani Tugas Perdamaian di Afrika Tengah, Anggota Polres Kediri Kota Bawa Pulang Pengalaman Berharga

Published

on

Kediriselaludihati – – Setelah satu tahun menjalankan tugas negara dalam misi perdamaian PBB di Afrika Tengah, Brigpol Aderay Putra Perdana akhirnya kembali ke Tanah Air dan melapor kembali bertugas di Polres Kediri Kota. Kedatangannya disambut dengan penuh kebanggaan oleh Kapolres Kediri Kota AKBP Anggi Saputra Ibrahim, S.H., S.I.K., M.H., pada Selasa (18/11/2025).

Brigpol Putra merupakan bagian dari Satgas Garuda Bhayangkara FPU 6 MINUSCA (Multidimensional Integrated Stabilization Mission in the Central African Republic), kontingen Polri yang diterjunkan untuk menjaga stabilitas keamanan di Republik Afrika Tengah—negara yang hingga kini masih dilanda konflik.

Keputusan mengikuti misi internasional ini membuatnya harus rela berpisah dari orang tua dan istrinya selama satu tahun. Meski demikian, tekadnya sudah bulat karena misi perdamaian merupakan impian yang lama ia genggam sejak awal menjadi anggota Polri.

Setibanya di Afrika Tengah, Putra mengaku sempat terkejut dengan kondisi lingkungan yang sangat berbeda dari Indonesia.

“Di sana cuacanya jauh berbeda dengan Indonesia. Afrika jauh lebih panas,” ujarnya.

Selain cuaca, ia harus beradaptasi dengan makanan, kultur masyarakat, hingga bahasa Prancis yang menjadi bahasa utama di wilayah tersebut. Walaupun telah mempelajari dasar-dasarnya sebelum diberangkatkan, ia tetap harus memperdalam kemampuan komunikasi selama bertugas.

Selama satu tahun, Putra menjalani berbagai tugas operasional mulai dari patroli rutin, quick response force (QRF), pengamanan objek vital, hingga menjadi mediator dalam beberapa situasi kemasyarakatan. Ia mencatat banyak suka dan duka, termasuk saat masyarakat setempat tidak mudah didekati.

“Masyarakat di sana tidak semuanya mau diajak ngobrol. Kita tetap melakukan pendekatan persuasif dan memberikan imbauan,” ungkapnya.

Kerinduan pada keluarga menjadi tantangan tersendiri. Keterbatasan akses komunikasi membuatnya hanya bisa menghubungi keluarga beberapa kali dalam seminggu, itu pun dalam waktu singkat.

“Komunikasi seminggu bisa empat kali, itu pun sebentar karena sinyalnya sulit,” kenangnya.

Meski berada di wilayah rawan konflik, Putra menegaskan bahwa kesiapan mental, dukungan tim, serta doa dari keluarga menjadi sumber kekuatannya selama bertugas.

Kini, ia kembali ke Kediri dan melanjutkan tugasnya sebagai anggota Satlantas Polres Kediri Kota. Momen kembali berkumpul dengan keluarga dan rekan kerja menjadi kebahagiaan tersendiri.

“Saya sangat senang bisa kumpul kembali bersama keluarga, termasuk bertemu teman-teman di Polres Kediri Kota,” tuturnya.

Kapolres Kediri Kota AKBP Anggi Saputra Ibrahim menyampaikan apresiasi atas dedikasi Brigpol Putra selama menjalani misi internasional tersebut.

“Kami bangga atas pengabdian Brigpol Putra yang telah membawa nama baik Polri, khususnya Polres Kediri Kota, di kancah internasional. Penugasan misi PBB bukan hal ringan. Ia telah menunjukkan profesionalisme dan loyalitas yang tinggi. Selamat kembali ke rumah dan selamat bertugas kembali,” ujar Kapolres.

Kapolres berharap pengalaman Putra selama bertugas di Afrika Tengah dapat memberikan perspektif baru dan menjadi inspirasi bagi anggota lainnya—baik dalam menjalankan tugas operasional maupun dalam memperkuat citra Polri yang humanis dan profesional. (res/aro)

Continue Reading

Inspirasi

Setahun Bertugas di Wilayah Konflik, Brigpol Putra Ungkap Kisah Perjuangan, Kerinduan, dan Pembelajaran Hidup

Published

on

Kediriselaludihati – – Menjalankan tugas negara di luar negeri bukan hanya persoalan keberanian, tetapi juga keteguhan hati. Hal inilah yang dijalani Brigpol Aderay Putra Perdana, anggota Polres Kediri Kota yang baru kembali dari penugasan sebagai bagian dari Satgas Garuda Bhayangkara FPU 6 MINUSCA dalam misi perdamaian PBB di Afrika Tengah.

Selama satu tahun penuh, Putra harus meninggalkan istri dan kedua orang tuanya di Kediri demi menjalankan tugas negara di wilayah konflik. Keputusan itu bukan hal mudah, namun menjadi cita-cita sejak awal menjadi seorang polisi.

“Di sana cuacanya jauh berbeda. Panasnya lebih ekstrem dibanding Indonesia,” ungkap polisi 29 tahun itu mengenang hari-hari pertamanya di Afrika Tengah.

Selain cuaca, Putra harus beradaptasi dengan makanan, kebiasaan masyarakat, hingga bahasa yang digunakan sehari-hari. Bahasa Prancis yang menjadi bahasa utama masyarakat setempat membuat komunikasinya tidak selancar di Indonesia.

“Yang sulit itu komunikasinya. Walaupun sebelumnya sudah belajar, di sana harus belajar lagi,” ucapnya.

Selama menjalankan misi, Putra bertugas melakukan patroli, quick response force (QRF), pengawalan, hingga menjaga objek vital. Ia juga menjalankan peran sebagai penengah konflik di sejumlah wilayah yang tingkat keamanannya fluktuatif.

Meski penuh tantangan, banyak hal berharga yang ia dapatkan. Menurutnya, pengalaman bekerja dalam struktur kepolisian internasional membuatnya belajar banyak hal, terutama soal penyelesaian masalah di tengah masyarakat yang beragam karakter.

“Masyarakat di sana tidak semuanya mau diajak ngobrol dan ada yang enggan didekati. Tapi kami tetap lakukan pendekatan persuasif,” tuturnya.

Di sisi lain, rindu pada keluarga menjadi beban emosional paling besar. Keterbatasan jaringan membuatnya hanya bisa berkomunikasi singkat beberapa kali seminggu.

“Satu minggu bisa empat kali telepon, tapi sebentar saja karena sinyal susah,” ceritanya.

Putra menyadari setiap penugasan membawa risiko. Namun ia sudah menyiapkan mental sejak jauh hari dan menekankan bahwa doa dari orang tua serta istri adalah sumber kekuatannya selama berada di wilayah konflik.

Kini, setelah menuntaskan misi perdamaian, Brigpol Putra kembali ke Kediri dan kembali bertugas di Satlantas Polres Kediri Kota.

“Saya sangat senang bisa kumpul lagi dengan keluarga, dan kembali bertugas bersama rekan-rekan di Polres Kediri Kota,” tutupnya dengan wajah lega. (res/aro)

Continue Reading

Inspirasi

Kapolres Kediri Kota : Dai Santri Adalah Mitra Strategis dalam Menjaga Kamtibmas

Published

on

Kediriselaludihati – Dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional Tahun 2025, Polres Kediri Kota menggelar Lomba Dai Kamtibmas tingkat pondok pesantren se-Kota Kediri, Kamis (30/10/2025) bertempat di Mapolres Kediri Kota.

Kegiatan ini diikuti oleh puluhan dai muda dari berbagai jenjang pendidikan, mulai dari tingkat SD, SMP hingga SMA yang berasal dari sejumlah pesantren di wilayah hukum Polres Kediri Kota.

Acara dibuka secara resmi oleh Kapolres Kediri Kota, AKBP Anggi Saputra Ibrahim, S.H., S.I.K., M.H., yang turut dihadiri oleh Kabaglog Kompol Kus Sumardi, Kasat Binmas Iptu Cahyo Widodo, S.H., Kepala Kemenag Kota Kediri A. Zamroni, S.Ag., M.Pd., serta Ketua PCNU Kota Kediri KH. Abu Bakar Abduljalil (Gus Ab).

Dalam sambutannya, Kapolres Kediri Kota AKBP Anggi Saputra Ibrahim menegaskan bahwa kegiatan ini bukan sekadar perlombaan, tetapi juga menjadi ajang mempererat kolaborasi antara kepolisian dan para dai santri dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas).

“Dai Kamtibmas adalah mitra strategis Polri. Mereka memiliki peran penting dalam menyampaikan pesan-pesan moral dan ketertiban di tengah masyarakat. Melalui dakwah yang menyejukkan, para santri dapat menjadi pelopor keamanan, kedamaian, dan persatuan di lingkungan masing-masing,” ungkap Kapolres.

Ia juga mengapresiasi semangat para peserta yang menunjukkan kemampuan berdakwah dengan tema-tema kebangsaan dan keagamaan yang membangun nilai-nilai toleransi dan harmoni sosial.

Sementara itu, Ketua PCNU Kota Kediri KH. Abu Bakar Abduljalil dalam sambutannya turut menyampaikan bahwa kegiatan seperti ini sangat relevan dengan semangat Hari Santri, karena mendorong para santri untuk aktif berdakwah dengan cara-cara yang bijak dan penuh hikmah.

“Lomba ini bukan sekadar ajang kompetisi, tetapi juga momentum untuk mengukur kemampuan para dai muda agar semakin semangat menimba ilmu dan berdakwah demi kemaslahatan umat,” ujar KH. Abu Bakar.

Adapun dewan juri dalam lomba ini berasal dari unsur NU, MUI, dan Kemenag, di antaranya Dr. Taufik Alamin, M.Si., Dr. H. Mu’min Firmansyah, M.H.I., H. Masroni Nasir, Dr. Siti Aminah, S.Ag., M.Pd.I., Ustadz Faruq, dan Zainal Arifin.

Pelaksanaan lomba dibagi menjadi dua lokasi, yakni Masjid Baiturrahim untuk kategori SD dan SMP, serta Bale Sekartaji Polres Kediri Kota untuk kategori SMA. Setelah melalui penilaian ketat, para pemenang mendapatkan trofi dan penghargaan langsung dari Kapolres Kediri Kota.

Selama kegiatan berlangsung, situasi berjalan aman, tertib, dan penuh antusiasme dari para peserta dan pendamping. (res/aro)

Adapun Pemenang Lomba Da’i Kamtibmas Polres Kediri Kota tahun 2025 sebagai berikut :

Juara 1,2 dan 3 lomba Dai Kamtibmas katagori SD :

1. Fikri Al Hadzir (Ponpes Al Mahrusyah)
2. M. Abbyan Ziyyan Dzihny (Ponpes Hidayatul Mubtadiin)
3. Latifa Greiselda Mina (Ponpes Kedunglo)

Juara 1,2 dan 3 Lomba Dai Kamtibmas kategori SMP :

1. Qurrota A’yunina (Ponpes PPTQ Lirboyo)
2. Muhyi Uzlah (Ponpes Al Mahrusyah)
3. Haykal Azyumardi Ashraff (Ponpes H.M. Antara)

Juara 1,2 dan 3 Lomba Dai Kamtibmas katagori SMA :
Juara
1. Arraina Dina Nabila (Ponpes PPTQ Lirboyo)
2. Nafiza Hanunazahra Perwira (Ponpes Al Husna)
3. Rafa Putra Arya Pratama (Ponpes Queen Al Falah)

Juara Harapan 1,2 dan 3 Lomba Dai Kamtibmas katagori SMA
1. Muhammad Hafiz (Ponpes Al Islahiyah)
2. M. Ridwan Rengga Al Rifa’i (Ponpes Al Ishlahiyah)
3. Safana Adinia (Ponpes Queen Al Falah)

Continue Reading

Trending

Copyright © 2019 kediriselaludihati.com

You cannot copy content of this page